Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan

ASPEK PERGERAKAN DAN KONEKTIVITAS MENUJU RUANG PUBLIK PADA GATED COMMUNITY Edwina Dwinanda; Nurhikmah Budi Hartanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v11i1.010

Abstract

Gated community merupakan fenomena yang berkembang pesat pada kawasan perkotaan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Konsep masyarakat hidup secara berkelompok yang semula berasal dari hunian berbasis kelompok etnis, berkembang menjadi kebutuhan akan rasa aman, prestis, dan menjadi gaya hidup dengan pembangunan batas fisik pada lingkungan perumahan dan akses keluar masuk terpusat dengan petugas keamanan. Terdapat pula dampak negatif dari konsep komunitas ini, di antaranya adalah keterbatasan pergerakan dan konektivitas terutama pada kepentingan pemenuhan kebutuhan penghuni di dalam gated community terhadap fasilitas-fasilitas umum sehari-hari. Sebuah perangkat penilaian terhadap praktik pembangunan kawasan berwawasan lingkungan telah dirumuskan oleh sebuah lembaga bernama Green Building Council Indonesia. Perangkat tersebut adalah greenship neighborhood rating tools yang di dalamnya terdapat satu dari lima kategori dengan persentase kontribusi nilai terbesar dibandingkan kategori lainnya, yaitu ketegori pergerakan dan konektivitas. Penelitian ini bertujuan meneliti ketersediaan poin-poin yang tertera pada aspek pergerakan dan konektivitas pada sebuah kawasan mix use di township CitraRaya Tangerang.  Terlepas dari implementasi pemberian skor secara detil, penelitian ini terbatas pada langkah awal identifikasi tolok ukur untuk memenuhi variabel-variabel pendukung pergerakan dan konektivitas penghuni gated community terhadap ruang-ruang publik di sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif mulai dari pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan data, penyajian, dan analisisnya. Di akhir pengamatan, didapatkan hasil bahwa untuk memenuhi satu kategori dalam upaya mencapai kawasan kota yang baik menurut prinsip-prinsip greenship neighborhood, adalah tidak mudah dilakukan. Distrik Ecopolis CitraRaya Tangerang telah dilengkapi oleh berbagai ruang publik dan prasarana kebutuhan dasar manusia untuk mendukung aktivitas penghuni dengan jarak yang terjangkau oleh pejalan kaki, namun terdapat kendala pada pemenuhan variabel-variabel yang berkaitan dengan transportasi umum, penyediaan fasilitas bagi pesepeda, dan aksesibilitas universal. Gated community is a phenomenon that is growing rapidly in urban areas in various parts of the world, including in Indonesia. The concept was originally came from residential based on ethnic groups, developed into the need for a sense of security, prestige, and became a lifestyle with the construction of physical boundaries surround the housing complex and centralized access going in to and out from the community equipped with security officers.There are also negative impacts from this community concept, including the limitations of movement and connectivity of residents in the gated community to reached daily public facilities. An assessment tool for the practice of developing environmentally friendly areas, named as Greenship Neighborhood Rating Tools, had been formulated by an institution called the Green Building Council Indonesia. There is one of five categories which had the largest percentage contribution value compared to other categories: movement and connectivity. This study aimed to examine the existance of points listed on aspects of movement and connectivity category in a mixed use area in  CitraRaya Tangerang called Ecopolis. Apart from the implementation of detailed scoring, this research was limited to the initial step of identifying benchmarks to met the variables supporting the movement and connectivity of gated communities’ residents to their surrounding public spaces.The research was conducted using qualitative-descriptive methods starting from primary and secondary data collection, data processing, presentation, and analysis. At the end of the observation, it was found that fulfilling one category in an effort to achieve a good urban area according to the principles of greenship neighborhood was not easy to do. The Ecopolis CitraRaya District of Tangerang has many public spaces and basic-needs infrasctructure to support daily residents’ activities, however, there is a lack of fulfillment of variables related to public transportation, provision of facilities for cyclists, and universal accessibility. 
KOMPARASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI BERDASARKAN ORIENTASI KAVLING RUMAH TINGGAL Studi Kasus: Perancangan Kawasan Perumahan di Greenwich Park Residence BSD Rydha Prasetya Anthony; Nurhikmah Budi Hartanti; Rizki Fitria Madina
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 13, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v13i1.008

Abstract

Pengaturan pencahayaan alami pada rumah tinggal sangat berpengaruh terhadap penggunaan energi, pencahayaan alami dipengaruhi oleh orientasi bidang bukaan terhadap arah kedatangan cahaya matahari. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kinerja pencahayaan alami pada rumah tinggal  yang diletakkan pada berbagai orientasi kavling, melalui simulasi menggunakan software DIALux. Data primer diperoleh dari simulasi yang dilakukan terhadap 1 tipe  bangunan perumahan seluas 230 m2 dengan 4 alternatif arah orientasi kavling yang diuji di lingkungan Greenwich Park Residence BSD. Berdasarkan hasil simulasi, diketahui persentase luas lantai yang memiliki pencahayaan alami memenuhi standar dan tingkat pencahayaan alami dalam satuan lux yang menerangi interior rumah. Simulasi melibatkan data koordinat lokasi bangunan, desain 3D bangunan, serta pengambilan data pencahayaan berdasarkan waktu efektif pencahayaan alami yang berasal dari matahari, yaitu; pagi hari 08.00, siang hari 12.00, dan sore hari 16.00. Data yang diperoleh yakni persentase luas lantai bangunan yang memiliki tingkat pencahayaan sesuai standar SNI. Hasil penelitian menunjukkan bangunan berorientasi arah Timur memiliki kinerja pencahayaan alami paling optimal, pada tapak yang berada di Greenwich Park Residence BSD. Daylighting in landed residential has impacts to energy usage, which daylight is influenced by the location and orientation of the opening..The purpose of this research is to identify the daylight performance effected by differents lot orientation. study the effect of different building orientation could bring different daylight result using the help of DIALux evo 10.1. This research simulated a 230 m2 house 3D model, placed in four differents of orientation, which is North, East, South, and West. The simulation require building coordinate, 3D model, and conducted at; 08.00am, 12.00pm and 04.00pm. As a result, we got perncetages of daylighting area. The research shows that buildings which heading towards east orientation having the most optimal daylighting performance, based on simulation held in Greenwich Park BSD site.